Sabtu, 27 Oktober 2012

Computer Supported Cooperative Work (CSCW)


Kali ini saya akan membahas mengenai Computer Supported Cooperative Work (CSCW). Computer Supported Cooperative Work (CSCW) adalah sebuah istilah generik, yang menggabungkan pemahaman cara orang bekerja dalam kelompok dengan teknologi yang memungkinkan jaringan komputer, dan terkait perangkat keras, perangkat lunak, layanan dan teknik. CSCW lebih berorientasi kepada evaluasi terhadap hal-hal yang terjadi dalam proses interaksi antar manusia dalam sekelompok pengguna. Inteaksi tersebut antara lain :
1. Face to Face communication
2. Conversation
3. Text based communication
4. Group working

Computer Supported Cooperative Work (CSCW) menyebarluaskan hasil penelitian yang inovatif dan memberikan sebuah forum interdisipliner untuk perdebatan dan pertukaran gagasan tentang teori, masalah-masalah praktis, teknis, dan sosial di CSCW. CSCW pertama kali digunakan oleh Irene Greif dan Paul M. Cashman pada tahun 1984 pada sebuah workshop yang dihadiri mereka dan mereka pun tertarik dalam menggunakan teknologi untuk memudahkan pekerjaan mereka.

Email merupakan sistem CSCW yang bersifat asynchronous yang tidak mengharuskan user bekerja pada waktu yang bersamaan. Penerima mail tidak harus membuka suratnya pada waktu yang sama dengan terkirimnya surat. Sebaliknya sistem CSCW synchronous membutuhkan partisipasi simultan dari para usernya. Perbedaan utama antara sistem CSCW dengan sistem interaksi individual adalah tidak dapat diabaikannya aspek sosial kelompok dari user yang tergabung. Sistem CSCW dibangun untuk memungkinkan interaksi antara user melalui komputer sehingga kebutuhan sekian banyak user tersebut harus terpenuhi dalam satu produk.

CSCW Matrix adalah salah satu bentuk umum konseptualisasi sistem CSCW adalah dengan mengamati konteks dari penggunaan sistem tersebut. Contohnya adalah matriks CSCW, yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1988 oleh Johansen dan juga muncul pada Matriks dimaksud membagikonteks sebuah "work" ke dalam dua dimensi yakni waktu dan lokasi. Dimensi waktu dibagi menjadi kolaborasi yang dilakukan pada waktu yang bersamaan (sinkron), atau berbeda (asinkron). Dimensi lokasi dibagi menjadi kolaborasi yang dilakukan pada tempat yang sama, atau tempat yang terdistribusi.


Referensi :

Pengalaman Menggunakan Internet


Saya ingin berbagi cerita mengenai pengalaman saya saat menggunakan internet. Pertama kali saya menggunakan internet ketika saya SMP. Saat itu saya mulai menggunakan internet karena ada pelajaran mengenai internet. Awal penggunaan internet saya di ajarkan membuat email dan chatting. Ketika itu saya mulai tertarik dengan internet. Kebetulan saat itu sedang booming jejaring social yaitu friendster, dan saya pun mulai bergabung.

Saat itu saya menyadari dengan menggunakan internet saya dapat berkomunikasi dengan mudah dengan orang-orang yang di daerah lain. Saya juga mulai memiliki teman dari berbagai daerah melalui jejaring social itu. Ketika saya SMP saya menghabiskan banyak waktu menggunakan internet hanya untuk aktiv di jejaring social.

Ketika saya masuk SMA saya mulai beralih ke facebook dan twitter, namun saya memang lebih aktiv di facebook bahkan sampai sekarang. Ketika SMA saya sempat mulai kecanduan internet. Hampir setiap hari saya meluangkan waktu saya untuk online. Namun saya mulai merasakan dampak buruk ketika saya kecanduan internet itu, seperti banyak waktu saya yang tersita hanya untuk online tanpa menghasilkan apapun, ketika terlalu lama online saya pun terlalu lelah jadi tidak ada gairah lagi untuk belajar atau pun mengerjakan tugas. Ditambah lagi yang ketika itu saya belum memiliki computer terpaksa harus ke warnet dan mengeluarkan uang jajan saya hanya untuk online.

Namun ketika saya masuk les b.inggris, saya di ajarkan juga mengenai penggunaan internet secara bijak yang memungkinkan saya mendapat banyak pengetahuan dari sana. Mulai sejak itu lah saya mulai menggunakan internet secara bijak dan tidak kecanduan online di jejaring social meskipun masih aktiv bahkan hingga sekarang.

Ketika saya masuk kuliah saya mulai memahami penggunaan internet yang bijak dan dapat membantu saya dalam aktivitas saya terutama membantu saya dalam menyelesaikan tugas-tugas saya.

Jika kita dapat menggunakan internet dengan bijak maka kita akan merasakan dampak positif dari penggunaan internet, contohnya saja yang paling mudah kita akan mendapatkan ilmu dengan cepat dan tanpa batas, karena internet dapat menjadi jendela untuk melihat dunia luar. Begitu juga sebaliknya, kita akan merasakan dampak negative jika kita tidak menggunakan internet secara bijak, salah satunya kecanduan internet yang dapat merugikan kita, baik secara waktu, fisik dan materi, dan masih banyak lagi dampak negatifnya.

Maka pesan saya gunakanlah internet secara bijak agar tidak merugikan diri kita sendiri maupun orang lain :)

Minggu, 21 Oktober 2012

Kelompok Kerja Virtual


Disini saya akan membahas mengenai kelompok kerja virtual. Kelompok kerja virtual adalah sekelompok orang yang bekerja dalam sebuah proyek yang umum melalui tekhnologi seperti  e-mail, pesan instan, dan database bersama. Kelompok kerja virtual diamanatkan oleh kebijakan perusahaan dan persyaratan kerja. Dalam sebuah jaringan, virtualisasi mengkonsolidasikan beberapa perangkat menjadi pandangan logis sehingga mereka dapat dikelola dari konsol tunggal. Virtualisasi juga memungkinkan beberapa perangkat penyimpanan yang dapat diakses dengan cara yang sama tidak peduli apa jenis dan lokasinya

Dalam dunia maya kita juga dihadapkan pada kesulitan dalam memberikan definisi tentang cyber community atau virtual community. Tetapi Fernback memberikan tiga konsep definisi tentang cyber community yakni:
  1. Community as Place, hal ini didasarkan pada pengertian bahwa cyber space merupakan sebuah tempat di mana komunitas dibangun dan bertahan, di mana hubungan sosial ekonomi baru dibentuk dan di mana horison baru bisa tercapai. Ide ini secara mendalam merupakan cerminan dari adanya unsur kejiwaan dan tradisi yang bisa kita dapatkan ketika mengidentifikasi komunitas berdasarkan tempat.
  2. Community as Symbol, seperti halnya komunitas pada umumnya komunitas cyber juga memiliki simbol-simbol tertentu dimana simbol-simbol yang ada dapat diinterpretasikan. Cakupan simbol disini menekankan pada “substansi yang dibentuk”. Komunitas berusaha untuk merekonstruksi simbol-simbol sebagai hasil dari kumpulan kode-kode yang bersifat normatif dan nilai-nilai yang dihasikan bersama oleh anggota komunitas sebagai bentuk identitas mereka. Penekanannya disini lebih pada “makna” daripada “struktur”.
  3. Community as Virtual artinya komunitas ini secara maya dalam ruang cyber dengan meninggalkan identitas fisik penggunanya. Cyber community memiliki sistem nilai bersama, norma-norma, aturan-aturan dan identitas bersama yang ditunjukkan dari komitmen atau kepentingan diantara komunitas lainnya.
Kelompok kerja virtual adalah sekelompok orang yang bekerja pada sebuah proyek yang umum melalui teknologi seperti email, pesan instan, database bersama, diskusi threaded dan kalender.

Kelompok kerja adalah sekumpulan orang terdiri atas dua anggota atau lebih yang
1. Mempunyai tujuan yang sama
2. Mempunyai kepentingan yang sama
3. Saling bekerja sama
4. Saling berhubungan.
5. Memiliki rasa ikut bertanggung jawab
6. Saling tergantung satu dengan lainnya

Tiga faktor utama yang membedakan tim virtual dari tim yang bertemu muka secara lansung.

1. Ketiadaan isyarat- isyarat paraverbal dan nonverbal
2. Konteks sosial yang terbatas
3. Kemampuan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang.

Keuntungan virtualisasi

1. Konsolidasi
2. Efensiasi energi
3. Pemanfaatan sumberdaya
4. Manajement
5. Provisioning
6. Alokasi sumberdaya/ load balanching
7. Otomatisasi
8. The cloud
9. Disaster recovery
10. Storage, jaringan, desktop dan selanjutnya




Referensi :

Polarisasi Kelompok


Apa sih yang dimaksud dengan polarisasi kelompok ? nah, sekarang saya akan coba membahasnya sedikit. Polarisasi kelompok itu ialah norma penentu arah anggota kelompok yang berhubungan dengan self-perception dan self-presentation yang dikehendaki. Fenomena polarisasi kelompok (Group Polarization Phenomenon) merupakan kecenderungan kelompok yang menyebabkan orang lain mengubah keputusan mereka, baik kearah yang lebih teliti ataupun kearah yang lebih beresiko. Kohesivitas kelompok merupakan derajat dimana anggota kelompok saling menyukai, memiliki tujuan yang sama, dan ingin selalu mendambakan kehadiran anggota lainnya. Biasanya kohesivitas ini dikaitkan dengan produktivitas kelompok. Namun tidak semua bentuk kohesivitas kelompok ini berdampak positif, karena anggota bisa merasa tertekan untuk selalu conform terhadap norma kelompok.  

Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok yaitu anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan: a. melaksanakan tugas kelompok, dan b. memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. 

Faktor situasional karakteristik kelompok :
  1. ukuran kelompok.
  2. jaringan komunikasi.
  3. kohesi kelompok.
  4. kepemimpinan
Faktor personal karakteristik kelompok :

Kebutuhan interpersonal ;
-      ingin masuk menjadi bagian kelompok (inclusion)
-      ingin mengendalikan orang lain dalam tatanan hierakis (control)
-      ingin memperoleh keakraban emosional dari anggota kelompok yang lain

 


Referensi :